Sabtu, 30 Agustus 2008

Wawancara Wakil Bupati OKU Selatan

“Bertekad Kabupaten OKU Selatan Sejajar Dengan Kabupaten Lain”

Mewujudkan kabupaten pemekaran untuk sejajar degan kabupaten lain tidaklah gampang, apalagi, bila dilihat dari biografis wilayah yang dikelilingi perbukitan dan pegunungan serta jurang. Namun, sejak Kabupaten OKU Selatan dipimpin H Muhtadin Sera’I dan Drs H Wancik Rasyid M.Si selaku Bupati dan Wakil Bupati yang dipilih langsung oleh rakyat pada tahun 2005 lalu. 

Kabupaten yang dimekarkan dari kabupaten OKU Induk pada tahun 2004 lalu dari kabupaten OKU Induk. Secara bertahab mulai menujukkan pembangunan mulai dari insfrastruktur sara dan praserana perkantoran hingga insfrastruktur jalan yang secara kesemuanya sudah dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. 

Berikuti wawancara SINDO dengan Wakil Bupati OKU Selatan, Drs H Wancik Rasyid M.Si, terhadap konsef pembangunan dalam mewujudkan Kabupaten OKU Selatan dapat sejajar dengan kabupaten lain.


Setelah tiga tahun berjalan memimpin kabupaten OKU Selatan, apa evaluasi yang dilakukan terhadap program telah berjalan dan mungkin akan dibuat kedepanya. Karena kita tahu OKUS merupakan kabupaten baru pemekaran dari OKU Induk? 

Sejak awal, kami terus dan sudah berusaha untuk mewujudkan visi dan misi pada saat calon dan setelah dilantik. Diantaranya, berusaha untuk wujudkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat OKUS. Terutama dalam bidang – bidang dari pada pembangunan itu sendiri, seperti Pemerintahan dengan melengakapi sarana dan prasarana perkantoran.

Untuk 2006 kemarin, kami sudah mencoba membagun seluruh sarana dan prasarna kerja, seperti rumah dinas, dan sebagainya dengan menggunakan sistem pendaan multi years. Seperti kantor Bupati yang alhamdulilah sudah dapat ditempati, walaupun belum selesai 100 persen.
 
Selain itu, sektor perkebunan juga menjadi perhatian seperti pembagian bibit karet dan kakau dengan masyarakat yang berkebun dengan pola gratis. Disamping itu, sektor pendidikan kita bangun beberapa SMA seperti di Kuta Batu dan Sungai Are, ini yang kita bangun.

OKUS Merupakan kabupaten baru dan tertinggal. Jadi dalam bidang peningkatan SDA dan SDM, konsep apa yang diterapkan?

Pertama SDM dahulu, dalam setiap kesempatan kita tingkatkan mutu pegawai pelaksana dalam struktur Pemkab. Pada tahun 2007 lalu, kita mencoba mendidik kepala sekolah menjadi S1. Kemudian dalam kesempatan lain mengirim pejabat untuk mengikuti pendidikan tersendiri. Selain itu pelatihan dan pendidikan lainya terus dilakukan, termasuk mengirim lulusan SMA terbaik ke STPD.
 
Kemudian untuk metingkatkan pelayanan, Pemkab OKUS terus melakukan evaluasi. Karena pada saat baru terbentu, OKUS baru memiliki 10 wilayah kecamatan dan 178 desa. Setelah berjalan sejak 2005 dan evaluasi pada pertengahan 2006, kita lihat pemasukan PBB hanya tercapai 41 persen. Kita berpendapat perlu mendekatkan pelayanan untuk menjangkau masyarakat. 

Pada akhir 2007 dilakukan pemekaran wilayah dari 10 menjadi 19 kecamatan dan dari 178 sekarang menjadi 252 desa. Sehingga kita dekatkan pelayanan kepada masyarakat, setelah dievaluasi kemudian PBB tercapai 103 persen dan kita dapat rewad dari pusat walaupun hingga sekarang belum dapat.

Untuk Pemberdayaan SDA?

Pemkab OKUS bersama dengan pihak terkait terus melakukan sosialisasi dengan beberapa investor mengelola SDA demi kesejahteaan masyarakat. Tetapi sampai saat ini belum dapat terealisasi, padahal Batubara dan kuarsa dalam jumlah deposit yagn cukup besar. Kendalan bukan deposit, kalau deposit batubara OKUS memiliki Batubara pada kedalaman dua meter dan ketebalan 12 meter dengan areal 12 kilometer persegi. 

Kendala utama terletak pada infrasruktur pendukung untuk exploitasi itu. Satu – satunya sarana yakni jalan dengan tonase 8 ton. Sementara, menurut perhitungan pihak investor, dalam sekali angkut minimal 40 ton. Sedangkan kondisi jalan hanya mampu 8 ton. Untuk buat jalan alternatif tidak mungkin karena geografis kiri kanan jurang, itu kendalan kita dalam sektor SDA.

Untuk mengantisipasi hambatan itu?
Tentunya tidak berhenti, terus berupaya cari investor yang mengerti dengan kondisi daerah, yang sanggup dengan tonase jala yang ada. 

Selain bidang pertambang, Pertanian sendiri bagaimana?
Sektor Pertanian dengan memperbanyak irigasi semi teknis atau irigasi pedesaan. Masalahnya kalau untuk memperluas lahan atau extensifikasi, sudah sulit karena kondisi alam, kita sudah sulit. Langka yang diambil dengan meningkatkan musim tanam, kalau sebelumnya irigasi tadah hujan dengan pertahun satu kali panen kita upaya untuk panen dua kali setahun. Ini upaya tersebut dilakukan baik melalui bantuan gubernur mapun APBD OKUS sendiri.

OKUS merupakan salah satu daerah sentra pertanian sayur – mayur, bagaiman program kita?

Kita hanya punya wilayah atau daerah tertentu yang dapat dijadikan sentra. Salah satunya Gunung Raya, Banding Agung, Muaradua Kisam serta Pulau Bungin. Tetapi masih dikelolah dalam cara tradisional, belum dalam bentuk partai besar. Kita terus berupaya menigkatkan permodalan petani.

Bagaimana dengan Pariwisata, bukankah OKUS memiliki Danau Ranau?
Sudah berupaya melalui APBD, tahun 2007 lalu mencoba membuka jalur lintas selatan. Selama ini hanya lintas utara Pusri - Banding Agung yang memang mengikuti bibir danau. Sekarang kita buka jalan sepanjang 11 kilometer, antara Kota Batu dengan Niarong Batas Lampung. Kalau lampung sudah aspal, tetapi kita sekarang baru membuka badan jalan. Karena terbatasnya dana.

Dilihat pembangunan setahap demi setahap terus berjalan, dimasa jabata dua tahun mendatang hal yag palig krusial yang harus dilakukan untuk tingkatkan SDA dan SDM?

Disamping apa yang sudah dilaksanakan pada tiga tahun ini, kita sudah buka keterisolir wilayah. Jadi wilayah yang terisolir kita bangun setahap demi setahap dan pembayaranya empat tahun kedepan.

Sekarang selain penyelesaian proyek yang belum telah berjalan, kita kerjasama dengan investor untuk gunakan sisa lahan yang masih ada. Sebenarnya sisa lahan masih ada, seperti eks tanah marga masih tetapi kita masih selektif. Karena OKUS memiliki hutan lidung dan suaka alam yang tidak dapat disentuh. Sudah diupayakan konversi dengan dengan Dephut tetapi prosesnya masih panjang.

Dengan sisa jabatan yang dimiliki, apa Keinginan atau target yang akan dilakukan kedepan?
 
Sangat menambakan OKUS sejajar dengan kabupaten lain, dengan catatan tidak meniggalkan spesifikasi daeahnya. Sebab OKUS punya adat istiadat, tradisi dan paguyuban tersendiri. Sehingga ditengah kemajuan itu berharap yang asli tidak hilang. Dengan demikian, disamping ingin membina keaslian OKUS tidak pudar.
 
Sektor yang sangat potensial dan mugkin dikembangkan dan mungkin akan menjadi andalan OKUS?
Tentunya bidang pariwisata, tetapi sampai sekarang masih terbatas dengan sumber dana. Apalagi pariwisata kita menyatu dengan Lampung yang memiliki sepertiga wilayah danai dan gunung. Mereka (Lampung) sudah mendirikan hotel berbintang pada bibir danau sisi mereka. 
 
Tetapi, kita terus bina pariwisata sehingga orang akan tertarik untuk datang. Dengan catatan kontribusi pendapatan bagi daerah. Itu yang pertama, kemudian yang kedua kita lakukan kerjasama dengan investor untuk lakukan kerjasama membangun pembangkit tenaga listrik. Karena OKUS sangat terbatas energi listrik, itu kelemahan, baik pasokan untuk masyarakat maupun perkantoran. Karena jaringan listrik paling jauh dengan Muaraenim yang sangat rentan dengan gangguan.

Untuk menutupi kekurangan itu, dilakukan kerjasama di bebeapa titik yang kita ajukan denga investor yakni Pembangkit Air Vila. Proyek tersebut dilakukan PT Helmot organitation consultan (HOC) dari Jerman yang bermukim di Surabaya. Pengerjaan sudah sampai survei tahap 3, dan debit air sudah dilihat mampu menjual energi listrik ke beberapa daerah 

Kedua pembangkit Telanai degan PT Lumanda. Tetapi keuda proyek tersebut menghadapi kesulitan administrasi dan kesulitan menembus kerjasama dan birokrasi PLN karena mereka perusahaan. Kita tidak bisa masuk terlalu dalam.

Bagaimana dengan dukungan aparat dan masyarakat untuk merealisasikan itu?
Dukungan cukup bagus, seperti pada pembangunan villa kemarin masyarakat tidak minta ganti rugi diluar batas. Dukungan masyarakat dan Pemda sangat respon. Terkadang pihak perusahaan yang punya sisitem birokrasi yang menjadi kendala pengembanga.


Kira – kira kapan terealisasi?
Tidak ada target, yang jelas kita terus berusaha, buktinya sekarang telah dilakukan beberapa MoU dengan beberapa pihak. Yang jadi kendala sebenarnya SDM terutama dalam bidang aparatur. Terus terang saja, keterbatasan aparatur yang menjadi kendala. 
Terutama untuk eselon II, III dan IV.

Saat ini, OKUS kekuranga kekurangan 30 eselon II dan 50 eselon III. Sementara dari daerah, tidak ada orang yang mau mengisi itu. Kalaupun ada orang yang datang, mereka lebih tertarik dengan eselon II. Padahal yang paling mendesak adalah eselon III dan IV.

Dengan keterbatasan itu, apa yang dilakukan?
Langka kita adalah tidak sepenuhya menerapkan PP 41, dimana manambah dinas dan sebagainya. Prinsipnya, kalau ditambah gampang cari kepala dinas, tetapi bagaimana dengan eselon III dan IV. Sedangkan selama ini kita kurang, kalau ditambah satui dinas berarti terjadi kekurangan 12 eselon III dan II. Kalaupun ditambah dinas, berarti menambahg angka kekurangan. Untuk itu PP 41 belum bisa.
 
Sementara, kedalam sepanjang masih ada tenaga, walaupun secara eselon masih kurang kita masih beri tanggung jawab untuk bekerja. Jadi walaupun masih eselon IV dan baru jadi PNS kita tambal sulam untuk menjadi eselon III dan II.

Kalau Untuk sektor ekonomi, bagaimana?

Cukup stabil, terutama karena daerah tersebut perkebunan dan sudah ada keinginan untuk peremajaan. Jadi cukup mendukung dimana kopi dan sahang saat ini mahal. Jadi saya nilai tidak terlalu menyulitkan, ditambah ditempat tertentu daerah perdagangan terdapat lima kecamatan yang tidak tergantung dengan musiman. Sehingga, menjadikan ekonomi terus bergerak.

Kalau untuk tenag kerja, bagaiman dengan program tenaga kerja?
Alhamdulillah tidak ada, memang ada tetapi tidak menggangu roda perekonomian. Karena mereka juga bertindak sebagai buruh perkebunan musiman. Misalnya panen kopi, musin panen padi, mereka menjadi buru disana. Yang adapun mungkin pendatang dari luar.

Bagaimana dengan sektor pendidikan?
Disamping memperluas sarana pendidikan, kita juga melakukan diversifikasi. Kalau dulu belum ada SMK pertanian, kita bangun. Sesuai dengan petunjuk dari atasan, pendidikan menjadi prioritas.
 
Dengan kesibukan sebagai wakil bupati, bagaimana dukungan dari kelurga?
Ada penggarisan, tetapi bukan garis. Saya mencoba menurunkan kehidupan yang sala alami dengan anak. Dahulu saya sekolah mengambil yang pendek asal sampai. Tidak perlu harus strata satu, yang penting pengetahuan itu dapat diterapkan. Kalaupun memiliki waktu, lanjutkan kemudian hari.

Prinsip itu, saya turunkan kepada anak, dan ini diterapkan hingga meraka mengabdi. Jadi saya turunkan saja apa yang jalani dalam kehidupan saya. Bayangkan saja, anak saya tidak berani menyentu mobil dinas. Alhamdulilah mereka bisa berkeja dan mendapatkan itu (mobil) sekarang. (ashariansyah) 
   



Tidak ada komentar: